Selasa, 08 April 2014

ANAK BERKELAINAN MENTAL SUBNORMAL (TUNAGRAHITA)



ANAK BERKELAINAN MENTAL SUBNORMAL
(TUNAGRAHITA)

A.    Pengertian Anak Tunagrahita
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus.
Pengertian Tunagrahita menurut American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20) sebagai berikut: yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
  Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
1.      Lemah pikiran (Feeble Minded)
2.      Terbelakang mental (Mentally Retarded)
3.      Bodoh atau dungu (Idiot)
4.      Pandir (Imbecile)
5.      Tolol (Moron)
6.      Oligofrenia (Oligophrenia)
7.      Mampu Didik (Educable)
8.      Mampu Latih (Trainable)
9.      Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat
10.  Mental Subnormal
11.  Defisit Mental
12.  Defisit Kognitif
13.  Cacat Mental
14.  Defisiensi Mental
15.  Gangguan Intelektual
Penafsiran salah seringkali terjadi di masyarakat awam bahwa keadaan kelainan mental subnormal atau tunagrahita dianggap seperti suatu penyakit sehingga dengan memasukkan ke dalam lembaga pendidikan atau perawatan  khusus, anak diharapkan normal kembali. Penafsiran tersebut sama sekali tidak benar sebab anak tunagrahita dalam jenjang manapun sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyakit atau sama dengan penyakit. Jadi kondisi tunagrahita tidak bisa disembuhkan dan diobati dengan obat apapun. 
B.     Klasifikasi Anak Tunagrahita

1.    Tunagrahita Ringan/ Mampu Didik(Debil)

        Anak yang tergolong dalam Tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menggambar, bahkan menjahit. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi, selain itu kondisi fisik mereka juga tidak terlihat begitu mencolok. Mereka mampu mengurus dirinya sendiri untuk berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra, mereka hanya perlu terus dilatih dan dididik.
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.

2. Tunagrahita Sedang
/ Mampu Latih (imbecil)

         Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu untuk diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, mereka paham untuk menjawab pertanyan dari orang lain, contohnya, ia tahu siapa namanya, alamat rumah, umur, nama orangtuanya mereka akan mampu menjawab dengan jelas.               
         Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan social anak tunagrahita sedang. Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas II SD Umum.

3. Tunagrahita Berat
/ Mampu Rawat (idiot)

         Anak tunagrahita berat dapat disebut juga Idiot. Karena dalam kegiatan sehari- harinya membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayananyang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Asumsi anak tunagrahita sama dengan idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita tergolong dalam tunagrahita berat.
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.
Sedangkan secara klinis, Tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara berikut:
1.      Sindroma Down/mongoloid; dengan ciri-ciri wajah khas mongol, mata sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dan keriput, dan susunan geligi kurang baik.
2.      Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar, raut muka kecil, tengkorak sering menjadi besar.
3.      Microcephalus dan Makrocephalus; dengan ciri-ciri ukuran kepala tidak proporsional (terlalu kecil atau terlalu besar).

C.      Etiologi Anak Tunagrahita
Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab inidiantaranya sebagai berikut:

a. Faktor keturunan / Genetik
1)      Kerusakan/Kelainan Biokimiawi
2)      Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities).

Adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s S yndrome dan pada trisomi kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan cicri-ciri berkepala kecil, mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung empedu yang besar . Adanya kegagalan meiosis sehingga menimbulkan duplikasi dan translokasi) maupun kelainan pada gonosom (gonosom yang seharusnya XY, karena kegagalan menjadi XXY atau XXXY. Ciri yang menonjol adalah nampak laki-laki dan tunagrahita. Setelah mencapai masa puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar).
Anak tunagrahita yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50.

b. Gangguan metabolisme dan Gizi

Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:

 
1) Phenylketonuria: Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga              kelainan gerakan enzym phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak         adalah tunagrahita, kekurangan pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.

2) Cretinisme: Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi yodium. Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidak normalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.

3)      Gargoylisme: Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak.

c. Infeksi dan keracunan

Adanya infeksi dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih
berada dalam kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita.

1) Rubella: Penyakit ini menjangkiti ibu pada dua belas minggu pertama kehamilan. Selain tunagrahita, ketidaknormalan yang disebabkan penyakit ini adalah kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat rendah pada waktu lahir dan lain-lain.

2) Syphilis bawaan: Kondisi bayi yang terkena Syphilis adalah kesulitan pendengaran, hidungnya tampak seperti hidung kuda.

3) Syndrome Gravidity Beracun
: Ketunagrahitaan yang timbul dari Syndrome Gravidity Beracun terjadi pada sebagian bayi yang lahir prematur, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun, dan berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta


d. Trauma dan zat radioaktif

Trauma otak yang terjadi dikepala dapat menimbulkan pendarahan intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu (tang). Selain itu penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microcephaly.

e. Masalah pada kelahiran

Adanya kelahiran yang disertai hypoxia (kejang dan nafas pendek) dipastikan bahwa bayi yang akan dilahirkan menderita kerusakan otak.
Retardasi mental/tunagraita yang disebabkan olek kejadian yang terjadi pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir rematur.
f.     Pada saat setelah lahir (post-natal)

Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya: Meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya: kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan tunagrahita.
Penggunaan obat-obatan dosis tinggi juga merupakan salah satu faktor penyebab tunagrahita.

g. Faktor lingkungan

Latar belakang pendidikan orang tua sering juga dihub
ungkan dengan masalah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dangan anak, misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain yang mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin dan menutup diri. Kondisi demikian akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik maupun mental intelektualnya.









DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara
 http://tunagrahita.com/2011/09/obat-dosis-tinggi-sebab-lain-ketunagrahitaan/
http://laraasih.com/pendidikan/tunagrahita-tidak-selalu-idiot.lala
http://saung-anggie.blogspot.com/2009/07/mengenal-anak-tunagrahita_4020.html


Senin, 13 Mei 2013

MENGATASI EMOSI ANAK YANG MELEDAK-LEDAK




                                                                                                   

Pasti anda tahu Apa emosi itu? Emosi adalah apa yang dirasakan seperti rasa marah, takut, sedih, gembira, terharu. Anak2 seperti juga orang dewasa juga mengalami perasaan2 tersebut. Emosi tsb kemudian tampil / keluar dalam bentuk ekspresi seperti murung, rewel, nangis, diam saja, agresi, banting2 barang
         Banyak orangtua dinilai masih mengabaikan emosi pada anak baik berupa rasa sedih, marah, dan bahagia sehingga tidak bisa terkelola dengan baik dan berdampak pada pembentukan mental emosionalnya.orangtua yang tidak menyadari anaknya marah atau sedih dan cenderung tidak peduli, padahal anak ketika itu butuh perhatian,Akibatnya,anak akan tumbuh jadi tertutup dan tidak bisa mengelola emosinya dengan stabil.
         Sebenarnya tidak semua anak akan menumpahkan emosi jika keinginannya tidak dipenuhi oleh orangtua atau orang terdekatnya. Sebab, karakter setiap anak pasti berbeda-beda dan memiliki cara yang berbeda pula untuk menyampaikan keinginannya
Dilihat dari penyebabnya, ledakan emosi yang muncul bisa disebabkan oleh banyak faktor.
1.      Faktor genetic : biasanya karena anak yang bersangkutan memang memiliki kepribadian yang bisa menjadi pemicu emosi yang meledak-ledak saat marah
2.      Faktor pola asuh :  biasanya karena anak yang bersangkutan kurang kasih sayang serta perhatian. Dan tumpahan emosi yang ditunjukkan saat menginginkan sesuatu inilah yang dijadikan senjata anak untuk menarik perhatian orangtuanya.
Jika cara ini berhasil dan orangtua memperhatikan mereka, maka anak akan merasa sangat puas.
3.      Faktor laingkungan:Anak cenderung meniru orang disekitarnya. jika ortu,guru,atau temannya memiliki emosi yang tidak dapat dikendalikan,maka anak akan cenderung  menirunya.misalnya jika anak sering melihat temannya melawan pada orang tua,dia akan melakukan hal yang sama.

         Sebagai orang tua, kita lebih sering bereaksi terhadap ekspresi tampilan emosi si anak, jarang langsung pada emosinya. Hal ini disebabkan karena memang emosi adalah sesuatu yang tidak terlihat sehingga sulit untuk dimengerti, selain itu perbendaharaan kata anak yang masih terbatas membuat mereka sulit untuk menjelaskan perasaannya. Tapi menghadapi ekspresi saja tidak dapat menyelesaikan masalah si anak. Diperlukan reaksi yang tepat untuk memahami dan menerima emosi yang sedang dialami si anak sehingga tidak terus tampil dalam bentuk ekspresi negatif.
          Emosi anak mirip dengan orang dewasa, tapi cara berpikir anak-anak dan orang dewasa berbeda. Anak menafsirkan peristiwa2 yang terjadi disekelilingnya dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. 
Beberapa contoh cara berpikir anak yang berpengaruh terhadap emosi:
·         Anak belum mampu melihat hubungan sebab akibat dari kejadian yang terjadi di luar dirinya; misalnya kalau seorang ibu mendiamkan anak yang telah melakukan kesalahan  padahal si anak belum dapat mengkaitkan diamnya si ibu dengan kesalahan yang ia lakukan, sehingga ia mengambil kesimpulan yang salah, bahwa si ibu tidak suka kepadanya.
·         Anak menganggap bila sesuatu yang buruk terjadi, hal itu merupakan hukuman atas kesalahannya. Hal ini akibat dari pola pengasuhan yang suka mengancam atau menakut-nakuti anak supaya menurut. Misalnya kalimat yang sering terlontar untuk membuat anak menurut "awas ya, kalau nakal nanti mama pergi!" saat si mama memang harus pergi lama, si anak mengira itu adalah karena kesalahannya. Anak jadi banyak menyalahkan dirinya, dan perasaan-perasaan bersalah ini sangat tidak sehat. 
·         Anak masih sulit membedakan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Misalnya anak sering kali minta dibelikan mainan, sementara orang tua merasa mainan seperti itu sudah punya banyak, untuk apa beli lagi. Padahal buat anak, mengoleksi sesuatu adalah menyenangkan, menimbulkan perasaan tertentu dimana pemenuhannya memberi kepuasan, dan tidak dinilai dari harganya. Misalnya koleksi sticker, pinsil, atau benda2 kecil lainnya.
 SOLUSI :
Orang tua perlu belajar untuk:
·         Mengendalikan / mencari alternatif perilaku negatif saat mengalami emosi negatif seperti membanting barang atau pintu saat marah karena anak akan meniru perilaku tersebut
·         Memperhatikan dan mencoba memahami emosi yang dialami anak sehingga dapat bereaksi secara tepat terhadapnya; Penting untuk anak agar merasa dimengerti, bahwa emosi yang ia rasakan tidak ditolak atau ditiadakan. Setelah ekspresinya mereda karena emosinya diterima, biasanya anak akan lebih mudah untuk diajak bicara, mengenali apa yang ia rasakan, bagaimana mengekspresikannya supaya lebih terkendali.
·         Saat mendapati anak sedang berguling-guling di lantai dan marah tak terkendali, sebaiknya orangtua belajar mengontrol emosinya dulu. Sebab, bila orangtua ikut marah atau bahkan menumpahkan kemarahannya pada anak, maka dikhawatirkan justru akan terjadi perang emosi," Pengendalian emosi orangtua juga penting dilakukan agar orangtua bisa lebih tenang dalam menghadapi anak yang sedang emosi. Sebab, saat anak emosi, anak tersebut biasanya tidak akan bisa menerima alasan atau bujukan. Tetapi justru terhadap apapun yang Anda lakukan akan direspon negatif oleh anak. Apalagi, sebenarnya anak tidak melihat apakah barang yang diinginkannya penting atau tidak. Alasan yang sebenarnya dimiliki anak adalah karena anak suka atau senang terhadap benda itu.
Salah satu cara yang bisa diambil untuk mengatasi ledakan emosi anak adalah dengan mengalihkan perhatian anak terhadap hal lainnya. orangtua bisa mengalihkan perhatian anak dengan memberikan kasih sayang, perhatian, serta perlakuan yang nyaman. Sebab, hal itulah yang sebenarnya dibutuhkan anak saat emosinya memuncak.

·         Apabila orangtua melarang anak untuk mendapatkan sesuatu hal, sebaiknya orangtua juga memberikan penjelasan yang beralasan. Karena bila larangan diberikan tanpa alasan, anak akan merasa diperlakukan tidak adil oleh orangtuanya

·         Jika permintaan yang tidak realistis, orangtua harus bisa mengatakan tidak. Meskipun anak tersebut nantinya akan menangis bahkan menangis di tempat umum. Sebab, jika orangtua tetap mengabulkan permintaan tersebut hanya karena anak menangis meraung-raung, ke depannya anak akan menjadikan hal tersebut sebagai senjata.

·         Jika anak menjadi marah besar dan mulai memukul ataupun tindakan lain yang membahayakan, bawalah dia ke tempat yang lebih aman hingga anak menjadi tenang. Katakan bahwa dia dibawa ke tempat tersebut karena tindakannya yang membahayakan.
Selama anak belum tenang, jangan memberikan nasehat atas tindakannya, tetapi fokuskan hanya untuk menenangkan dirinya. Tentunya anda mengatakannya tanpa emosi ataupun bernada memarahinya.